I. SEJARAH ADAT KEBUDAYAAN ACEH
Pada
masa lampau, Aceh adalah sebuah
kerajaan islam yang besar di Nusantara ini. Kerajaan ini pernah berkuasa sampai
ke pariaman (Daerah Minangkabau), bahkan sampai ke Malaka, Sehingga terlihat
adanya persamaan kebudayaan dan tata rias pengantin Aceh daerah pesisir dengan
kebudayaan dan tata rias Arab, China, Eropa serta Hindu/ Hindia. Hal ini
terjadi karena pengaruh dari latar belakang keturunan serta hubungan dagang
dengan suku bangsa tersebut.
Pada zaman Sultan Ali Muhayat Syah, Aceh
mulai di kenal oleh dunia, karena keberhasilannyamemukul mundur bangsa
Portugissaat terjadi sengketa diselat malaka. Meurah Johan, Sultan pertama
kerajaan Aceh Darussalam (tahun 1205 – 1234) adalah putra dari Adi Genali atau
Teungku kawe teupat, yang dirajakan di negara Lingga (Aceh Tengah). Beliau
datang dari kerajaan Samudra Pasai dan masih ada hubungan darah dengan raja Peureulak.
Pada saat itu, Meurah Johan dan Maharaja Indra Sakti dari kerajaan Indra Purba
(Aceh Besar) dapat memukul mundur serangan Laskar Cina. Akhirnya Maharaja Indra
Sakti masuk Islam dan menikahkan putrinya yang bernama Beleng Indra Keusuma dengan Meurah Johan.
Panglima perang Laskar Cina yang
memimpin penyerbuan ke Lamuri adalah seorang wanita yang bernama putri Nian Nio
Lian khi. Serangan Laskar Cina itu dapat di kalahkan oleh Meurah Johan dan Putri Nian Nio Lian Khi
dapat ditangkap. Setelah Putri Nian Nio Lian masuk Islam dan atas petujuk dari
permaisurinya, Meurah Johan menikahi Putri Nian Nio Lian Khi yang kemudian
dikenal dengan sebutan Putro Neng.
Puncak kejayaan Aceh adalah saat
kerajaan Aceh dpimpin oleh Sultan Iskandar Muda yang bergelar Meukuta Alam.
Permaisurinya yang pertama adalah seorang Putri yang berasal dari Kerajaan
Bugis.Setalah permaisurinya mangkat, Sultan Iskandar Muda menikah denganPuteri
pahang (Putro Phang). Puteri Pahang yang menjadi Sultan Iskandar Muda merupakan
hadiah dari dua orang yang bersengketa dalam memperebutkan Putri tersebut. Atas
keputusan Sultan Iskandar Muda, maka sengketa itu dimenangkan oleh salah
seorang dari mereka yang bernama Raja Raden. Raja Raden kagum atas keputusan
Sultan yang adil serta bijaksana, maka sebagai rasa terimakasih,Raja Raden
menghadiahkan Puteri Pahang kepada Sultan Iskandar Muda. Sedangkan Raja Radensendiri
menikah dengan adik Sultan.
Sultan
Iskandar Muda dikenal sebagai seorang yang berbudi tinggi,adil, bijaksana dan
perkasa, sehingga menjadi kecinytaan rakyatnya.Dibawah pimpinan Sultan Iskandar
Muda Negeri Aceh menjadi Negara yang termasyhur dan rakyatnya hidup makmur
sentosa.Demikian pula dengan Puteri Pahang, iapun mendapat tempat di hati
rakyat dan ikutpula dalam menyusun undang-undang Negara;sehingga terkenal
sebuah Pameo yang berbunyi:
“Adat
bak po teumeureuhom”
“Hukom
bak Syiah Kuala”
“Kanun
bak Putro Phang”
“Reusam
bak laksamana”
Maksudnya:
“Stabilitas
Kerajaan (Exsecutif)”
“Hukum
(fathua Ulama)”
“Peraturang
Putri Pahang/ Permaisuri Sultan Iskandar Muda (1607-1636)”
“Peraturan
(Resam)Laksamana.
Demikianlah
sekelumit sejarah kebudayaan sukuAceh yang ada didaerah pesisir, yang antara
daerah pesisir satu dengan daerah pesisir lainnya memiliki banyak persamaan
budaya dan saling berkaitan satu samalain.
II.
UPACARA ADAT PERKAWINAN ACEH
1. Persiapan dan Pembukaan
1.1 Jak Keumalen/ Cah Roet
Jak
keumalen/ cah Roet ini ada dua cara yaitu:
1.
Langsung dilakukan oleh orang tua atau keluarga
2.
Theulangka dengan menggunakan utusan khusus.
Maksud jak cah roet adalah sebagai tahab
pertama dalam menjajaki atau merintis jalan. Biasanya beberapa orang dari pihak
keluarga calon mempelai pria, datang bersilatur rahmi sambil memperhatikan
calon mempelai putri, suasana rumah dan tingkah laku keluarga tersebut. Pada
kesempatan ini, calon pihak mempelai pria juga tidak lupa membawakan bungong
jaroe atau bingkisan yang berupa makanan. Setelah adanya pendekatan,keluarga
calon mempelai pria/ Linto baro akan menanyakan apakah putrinya sudah ada yang
punya atau belum. Apabila mendapatkan jawaban dan sambutan baik dari pihak dara
baro, maka dilanjutkan dengan jak meulake(jak ba ranub).
Upacara
itu terjadi disebabkan pada masa lampau hubungan atau komunikasi antara wanita
dan pria khususnya antara remaja berlainnan jenis di anggap tamu, hubungan
mereka sangat terbatas(Tidak sebebas hubungan remaja masa kini).Selain itu
peranan orangtua terhadap anaknya sangat dominan sehingga dalam memilih
jodohpun menjadi yanggung jawab orangtua masing- masing renaja, baik pria
maupun wanita.
1.2 Jak Lake jok
theulangke/ jak ba ranub(meminang)
Dalam
acara ini orangtua pihak linto memberi theulanke( Utusan) dengan membawa sirih,
kue-kue dan lain- lain.Pada theulanke, pihak linto sudah mulai menggungkapkan
hastratnya pada putri yang di maksud.Apabila pihak putri menerima, akan
diwajib”Insya Allah” dan pihak keluarga serta putri yang bersangkutan akan
melakukan musyawarah..Jika hasil musyawarah tersebut “Tidak diterima” oleh
pihak keluarga/ pihak putri, maka mereka akan menjawab, dengan alasan- alasan
yang baik atau dengan menyatakann ”Hanaget Lumpo dari mimpi yang
baik”.Sebaliknya jika ”diterima” oleh pihak keluarga putri, akan dilanjutkan
dengan “jak ba tanda “.
Dikalangan
orangtua masalampau masih banyak yang percaya pada hal- hal yang berbau mistik,
seperti adanya makna dari mipi dan percaya pada kekuatan- kekuatan alam.
Kepercayaan ini di pengaruhi ajaran agam Islam yang kadang kala masih membaur
dengan ajaran animismi atau kepercayaan yang di anut oleh nenek moyang kita
pada jaman prasejarah, sehingga dalam menentukan pinanggan yang di terima atau tidak,juga
masih dipengaruhi oleh kepercayaan tersebut.
1.3 Jak ba tanda/ Bawa tanda
Maksud
dari jak ba tanda adalah memperkuat (tanda jadi). Biasanya pada upacara ini
pihak calon linto membawa sirih lengkap
dengan bahan- bahan lengkap makanan kaleng, seperangkat pakaian yang di namakan
lapek tandadan perhiasan dari emas sesuai dengan kemampuan linto baro. Ba tanda
ini di tempat kan di dalam “Talam / dalong” yang di hias dengan sedemikian
rupa; kemudian tempat- tempat itu dikosongkan dan diisi dengan kue- kue sebagai
“balah idang” ( balasan) dari pihak calon dara baro. Acara balah idang ini di
laksanakannya bisa langsung atau setelah beberapa hari kemudian.
Dalam
upacara ini sekaligus bisa di bicarakan hari, tanggal pernikahan, jeulame (Mas
kawin), peng angoh (uang hangus), Jumlah rombongan pihak linto serta jumlah
undangan.
2. Pernikahan
Pernikahan
ada 2 macam:
2.1. Nikah Gantung, yaitu
Pernikahan gadis yang masih kecil belum cukup umur atau masih dalam pendidikan, mereka di
nikahkan terlebih dulu dan akan di resmikan beberapa tahun kemudian. Biasanya, hal ini
terjadi pada gadis yang di jodohkan,sebab pada zaman dahulu, agam ngon dara
( bujang ngon gadis) tabu mencari jodoh sendiri.Penentuan teman hidup menjadi wewenang
orangtua; terutama bagi seorang gadis.
2.2. Nikah Langsung, yaitu
pernikahan dilakukan seperti biasa, Langsung diresmikan ( wo linto ).
Pada gadis dewasa yang tidak halangan, nikah langsung di
lakukan di kantor KUA atau di rumah mempelai wanita.Pada masa lampau kaum
bangsawan selalu membuat upacara pernikahan di rumah calon mempelai wanita
(dara baro).
Pernikahan (peungatip) di lakukan beberapa hari sebelum
upacara wo linto/ Meukeurija (Pesta).
Sebelum upacara meukerija diadakan meuduk
pakat (bermufakat) dengan para orangtua adat, dan anggota keluarga serta
pemuka masyarakat yang terdiri dari tuha
peet (penasehat), Keuchik gampong
(Kepala desa), ‘imum meunasah’ (imam langgar). Biasanya musyawarah dipimpin
oleh orangtua calon mempelai wanita (dara baro, atau yang mewakilinya untuk
membicarakan pesta yang akan di selenggarakan). Dalam kesempatan ini, keluarga
atau saudara dari orangtua calon mempelai kedua belah pihak, menyampaikan
niatnya untuk memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan masing- masing.
Dalam upacara perkawinan Aceh, makanan kecil atau kue- kue
yang tidak boleh ditinggalkan adalah buluekat dengan tumpo (ketan), manok
panggang (ayam panggang), buluekat deungon pisang teupeugot atsho kaya (ketan
dengan srikaya), dodoi (dodol),wajeb,halua, meuseukat, thimpan serta kue- kue
kering yang di sebut rumok tho, keukarah, keumbang goyang (kembang loyan bhoi/
bolu), bungong kaye (bunga kayu). Sedangkan lauk- lauk yang biasa dihidangkan
pada pesta perkawinan adat Aceh antara lain sebagai berikut:
ü Gule
boh panah (gule nangka khas Aceh)
ü Masak
keureuema/ Masak puteh (Masak semacam opor)
ü Masak
keureuema/ Masak puteh (Masak semacam opor)
ü Masak
keureuema/ Masak puteh (Masak semacam opor)
ü Shie
masak mirah (dageng masak merah)
ü Seumur
Aceh
ü Eungkot
tumeh (ikan tumis khas Aceh)
ü Eungkot
masam keueng (Ikan masak asam pedas)
ü Udeung
tumeh (Tumis udang khas Aceh)
ü Shie
cuka (dageng masak cuka)
ü Sambai
gureng ate (sambal goreng hati)
ü Boh
itek jruk (Telor bebek asen)
ü Boh
reutuk crah (Tumis kacang panjang)
ü Dan
lain- lain.
Meukeurija
(Pesta menyambut linto pulang ketempat dara baro) peudap jambo
Peudap
jambo atau pasang tarub pada adat perkawinan di Jawa, dibuat kurang lebih tujuh
hari sebelum pesta di adakan. Dikerjakan oleh pemuda kampung (kaum pria). Bila
sudah selesai, dipeusijuek (ditepung tawar) bersama cawan pingan (alat makan) . Jambo ini di adakan di depan rumah tempat
penerimaan tamu, biasanya untuk tamu pria. Sedangkan tamu wanita biasanya didalam
rumah.Untuk besan terdekat disediakan tempat khusus dan hidangannya telah
tersedia di tikar atau permadani.
Peulaminan
(pelaminan)
Saat
itu didalam rumah juga dihias dengan tabing atau tabir pada dinding tempat
penerimaan tamu. Untuk tempat duduk pengantin dibuatkan pelaminan yang terdiri
dari:
ü Tabeng
ü Ayue- ayue ditempatkan diatas/ Depan pelaminan
ü Boh keuleumbu, hiasan ini berupa bintang-
bintang
ü Kasho duk tilam persegi untuk duduk
ü Bantai sande (bantal persegi) untuk sandaran/
bantai meutumpok
ü Dan lain- lain seuluman khas Aceh untuk
keindahan yang tidak terikat.
Pada zaman dahulu, pelaminan dibuat dari
kayu berbentuk tempat tidur dan berukuran singel bed serta dihias dengan kain
tile (seperti kelambu) atau kain lain yang di beri hiasan, boleh juga kain
brukat. Warna dasarnya kuning, Merah dan hijau atau violet.
Kain hiasan berkasap dibuat secara
tradisional daerah Aceh. Masing-masing kain yang terdiri dari berbagai warna
itu, berukuran 2,25 m yang terdiri dari 7 macam warna. Pada bagian kiri dan
kanan pelaminan memiliki warna yang sama/ simentris. Kain-kain tersebut
disematkan dibagian atas depan pelaminan. Pinggir-pinggir kain tersebut, bagian
depannya ditarik kesamping kiri dan kanan dengan menggunakan kait kelambu yang
terbuat dari emas/ perak, sehingga seperti pintu berlapis 7 (pinto tujoh).
Bagian depan bawah pelaminandiletakkan
sepasang bantal sebagai alas kaki mempelai, kemudian di bagian depan pelaminan
diberi sepasang dalong kiri dan kanan berisi senijuek, yang terdiri dari:
ü Beulukat
dengan tumpo (Ketan kuning dengan tumpo)
ü On
seunijuk (daun cocor bebek)
ü On
gaca (Daun pacar)
ü Naleung
sambo (rumputan yang akarnya kokoh)
ü On
seuke pulot (Daun pandan)
ü Manek
mano dan lain-lain dengan jumlah yang ganjil
ü Breeh
pade/ kunyet (beras padi kunyit)
ü Bungong
rampo (bungang rampai)
ü Ie
lam mangkong (air dalam mangkok)
ü Barang
meuh (barang emas).
Pada sisi kanan ada dalam
piring besar, ditempatkan dalam dalong yang telah dialasi ceradi (alas dalong
berumbai).Kemudian ketan itu dihiasi dengan U mirah, dan dalong tersebutDitutup
dengan sange (tudung saji ), diatasnya
ditutup lagi dengan seuhap (Kain penutup dengan sulaman kasab).
Pada pintu masuk sudah di siapkan alat- alat perlengkapan cuci kaki pengantin
pria yang terdiri dari :
ü Sebuah dalong yang berisi seuniejuek
ü Mundam (tempat air)
ü Bate ie (Gayong air)
Malam peungaca ( malam berinai)
Arti dari malam peugaca adalah malam
berinai menjelang wo linto. Dalam acara ini juga di adakan peusijuk calon dara
baro,dan peusijuk gaca, bate mupeh (Batu giling).
Peusijuk adalah memberi dan menerima
restu serta mengharapkan keselamatan atas segala peristiwa yang telah dan akan
terjadi.
Persediaan dan makna:
ü Breuh
pade (Beras padji) lambang kemakmuran
ü Naleung
sambo (rumput yang kokoh akarnya) lambang kehidupan yang mendapat
Kemudahan
dan kokoh dalam mempertahankan kehidupannya.
ü
On gaca (daun pacar) melambangkan isteri
sebagai obat pelipur lara sekaligus sebagai perhiasan rumah tangga.
ü On
seunijuk (daun cocor bebek) lambang kesejukan
ü Bulukat kuneng (ketan kuing) lambang
keakraban, kemesraan dan kesejahteraan
ü On pisang muda (pucuk pisang) lambang
kesuburan, kedaaian dan menonjol dalam
kehidupan
ü On murung (daun kelor) lambang penangkal ilmu
hitam
ü On manek mano sebagai pelengkap dan memeriahkan suasana.
Seluruh daun-daun diikat menjadi satu atau dua
ikatan dan di tempatkan dalam magkok besar yang berisi air.Bunga rampai, beras
dan padi ditempatkan dalam piring kecil, kemudian mangkok dan piring ditempat
kan dalam dalong yang besar dan ditutup dengan tudung saji, lalu ditutup dengan
seuhap bersulam khas Aceh.
Daun pacar yang sudah di lepas dari
tangkainya, ditempatkan dalam piring besar di dalam dalong dan batu giling di
ltakkan pada “tika meusujo” dan dialas kain.Semua perlengkapan ditempatkan di
piring yang telah dihias dalam dalong pada tika meusujo (tikar kerawang khas
Aceh).Busana yang dikenakan oleh dara baro pada upacara malam peungaca tidak
terikat dan terus berganti-ganti dari malam pertama hingga malam ketujuh.
Pelaksanaan
peusijuk gaca
Upucara peusijuk gaca dipimpin oleh “nek
maja” (sepupuh adat), dan dimulai oleh orangtua/ ibu calon “dara baro” kemudian
keluarga terdekat.Peusijuk ini di tujukan kepada calon dara baro, bate giling,
daun pacar, dan hadirin yang ada di sekitarnya juga di berikan percikan air
seunijuk.
Calon dara baro
didudukkan di tilam bersulam kasap, di sebelah kiri dan kanannya diletakkan
dalong berisi seunijuk dan bu lukat (tepung tawar dan ketan),di bagian depannya
diletakkan dalong berisi daun pacar dan bate seumupeh (batu giling), dan di
kaki dara baro dialasi dengan daun pisang muda.
Koh
Gigo (potong/ meratakan gigi)
Pada masa lampau, seorang
gadis yang telah dinikahkan, giginya harus dipotong dengan alat pengikir gigi.Gigi
yang telah dipotong harus diberi obat penguat gigi (baja bruk), Bahan- bahan
yang digunakan untuk Koh Gigo ini
adalah:
ü Pengikir gigi
ü Pinang tua yang sudah kipas (Pineung ruek)
ü Baja bruek (Tempurung kelapa)
ü Segelas air putih hangat-hangat kuku yang
diberi sedikit garam untuk kumur-kumur
ü Perca ikanyang bersih
ü Air hangat atau air bersih
ü Tapeh (sabut kelapa yang telah di bersihkan).
Cara
Peumano Gigi
Mempelai dalam posisi tidur
di atas kasur sederhana (bebas). Pada bagian dada ditutup kain putih atau kain
panjang, rambut dibiarkan terurai (tanpa sanggul), agar mulut agak terbuka,
antara gigi samping atas dan bawah disanggah oleh pineung ruek (pinang tua)yang
telah dikupas dan dibersihkan.
Menurut
penilaian orang zaman dahulu, pemotongan
gigi, akan memberi kesan lebih cantik dan tanda bahwa wanita itu sudah ada yang
punya (bersuami).
Koh Andam ( memotong rambut halus
dibagian dahi )
Koh
andam ini dilakukan pada calon mempelai wanita (dara baro) yang akan
bersanding. Semua ini melambangkan, agar hal-hal yang kurang baik pada masa
lalu harus dihilangkan dan memulai dengan yang baru.Upacara tersebut dilakukan
saat dara baro dalam keadaan suci badan/ lepas haid atau adat,dan kelapa ukiran
yang berisi ujung rambut dan bulu roma calon mempelai wanita ditanam pada cucuran atap (cuco bubong) atau dibawah
pohon yang yang rindang dan berhawa sejuk.
Peumano
Dara Baro ( memandikan calon mempelai wanita)
Upacara
peumano (memandikan), baik calon mempelai wanita maupun calon mempelai pria
dimandikan oleh orang tua adat yang taat, orang tua mempelai dan sanak keluarga
terdekat dari kedua orang tuanya dalam jumlah yang ganjil. Dalam upacara mandi
dibacakan doa-doa bersuci, agar calon mempelai bersih lahir batin dalam
memasuki jenjang perkawinan. Mempelai diantar dandipayungi oleh orang tuanya
dan sanak keluarga terdekat yang dipimpin oleh orang tua adat sampai ketempat
pemandian sambil membaca selawat Nabi Muhammad saw.
Menurut
adat aslinya, yaitu adat Aceh (Aceh Besar), upacara peumano dilaksanakan tanpa
tarian, sedangkan pelaksanaan
peumano yang dikenal saat kini ada
tariannya, yaitu tari Pho (asal Aceh Barat).
Perlengkapan yang di perlukan :
ü Sebuah
guci yang berisi air
ü Jeruk
puruk yang sudah di racik
ü Bunga ramapai (bunga semampai)
ü Sebotol minyak wangi
ü Gayung
mandi
ü Handuk
ü Ija
seunalen (kain buat bersalin)
Guci yang telah diisi air di masukkan jeruk
purut, bunga rampai dan minyak wangi.
Pukayan
manoe (busana mandi)
Pada
masa lampau pakaian manoe, meugeutang ngon ija krong sutra (kamben sarung
sutra). Ija sawak peuneutop baho meujunte u baroh (selendang menutup bahu
berjuntai ke bawah). Dada mempelai putri ditutupi dengan perhiasan (kalung
besar) Sesuai dengan kemampuan, biasanya
memakai kalung berangkai (euntuek) atau kalung lainnya yang terbuat dari emas.
Rambut
dapat dilepas atau disanggul sederhana, agar gampang dilepas ketika akan mandi.
Rambut hiasan bunga dengan satu macam bunga atau ber,acam bunga untuk
keindahan.
Khatam
Qur’an
Perlengkapannya :
ü
Beureuteh
(bereteh)
ü Pisang bu ie
ü Bulukat (ketan)
ü Tumpo
ü Breuh mankong (beras di mangkok)
ü Pade mankong ( beras dimangkok)
ü
Boh
manok gampong (telor ayam kampung)
Upacara
khatam Qur’an ini dipimpin oleh guru ngaji dan dimulai dengan membaca doa
memohon kepada Allah yang Maha Esa agar bahagia dunia dan akhirat. Setelah
upacara selesai,telor, bereteh, beras, padi, uang sekedarnya diberikan kepada
guru ngaji sebagai tanda terimakasih dan pengambilan berkat ilmu.
3.
Wo linto ( mempelai pria pulang kerumah mempelai putri)
Upacara
wo linto merupakan upacara penyambutan linto baro (mempelai pria) yang di antar
kerumah orang tua dara baro (mempelai wanita) dan dara baro (mempelai wanita)
sudah di rias dan memakai busana pengantin Aceh lengkap dengan sanggul cak
–cengnya.
Dalam upacara inirombongan linto baro dari
jauh atau perbatasan kampung (desa) sudah meuseulaweut (berselawat kepada Nabi
Muhammad SAW) sambil berjalan mendekati rumah dara baro. Sedangkan pihak dara
baro menjemput rombongan linto baro kurang lebih 500 meter dari rumah dara baro. Kemudian pihak
linto baro dan pihak dara baro melakukan seumapa (berbalas pantun). Jika pihak
mempelai pria kalah dalam berbalas pantun, maka acara selamjutnya tidak dapat
di lanjutkan. Tetapi jika pihak mempelai pria dapat mnemenangkan acara berbalas
pantun, maka dilanjutkan dengan acara tukar-menukar sirih yang melakukan adalah
dua oarangtua (sepupuh) dari kedua belah pihak.
Kemudian,kedua mempelai disandingkan sejenak
sebelum dibimbing menuju suatu tempat khusus untuk bersujud kepada kedua orang
tua mempelai.Dimulai dari dara baro bersujud kepada Ibu/ Bapak nya kemudian
kepada Ibu/ Bapak mertuanya/pengantin yang diikuti pula oleh linto baro yang
bersujud mengikuti istrinya.
Pada
zaman dahulu, selesai upacara tersebut, linto baro pulang kembali kerumahnya
(tidak menginap dirumah dara baro). Dalam upacara wo linto ini pihak linto baro
membawa beberapa perangkat untuk dara baro dan juga m,akanan kaleng, kopi, teh,
susu, gula, Kue-kue,buah-buahan, sabun mandi, bibit tanaman, seperti: bibit
tebu, bibit kelapa (u bijeh), u teulason dan lain sesuai dengan kemampuan linto
baro.Peuneuwo (bawaan dari linto baro) dibalas oleh pihak dara baro dengan
memberikan makanan berupa kue-kue dan
lain0-lain setelah dihias dalam dalong (balas hidang).
4. Tueng dara baro (mengundang mempelai puteri)
Upacara
tueng dara baro adalah upacara mengundang dara baro beserta rombongan kerumah
mertua (orang tua linto baro).Upacara ini dilaksanakan padahari ketujuh setelah
upacara wo linto. Dipintu masuk halaman, rombongan disambut dengan upacara
tukar- menukar sirih oleh para orang tua kedua belah pihak.
Dara
baro dipersilahkan menuju tempat istimewa yang telah disediakan, lalu ibu linto
baro melakukan tepung tawar dan dara baro pun bersujud kepada oarang tua linto
baro.Orang tua linto baro memegang tangan dara baro cdan membimbingnya mengarah suatu tempat untuk mengambil
perhiasan yang berada didalam air kembang disuatu waduh khusus. Kemudian
diserahkan oleh dara baro kepada ibu mertuanya untuk dipakai kepada dara baro,
biasanya prhiasannya bisa berupa kalung, gelang atau cincin emas sesuai dengan
kemampuan pihak linto baro.
Lengkap sekali, Sangat menarik, terimakasih sudah share ya
BalasHapusRumah Adat di Indonesia
Persiapan untuk melangsungkan pernikahan di Aceh ternyata banyak juga...
BalasHapushttp://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-retailer-secara-umum-dalam-ilmu-marketing.html
Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
BalasHapusKenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)